Cahaya dapat memperparah nyeri migrain. Sebuah studi baru terhadap pasien tunanetra dapat membantu menjelaskan alasannya. Temuan ini pada akhirnya dapat mengarah pada perawatan yang lebih baik.
Bagaimana Cahaya Meningkatkan Nyeri Migrain
Lebih dari 1 dari 10 orang di seluruh negeri mengalami migrain berulang — sering digambarkan sebagai berdenyut atau berdenyut di satu area kepala. Untuk mengetahui bagaimana cahaya dapat memperburuk rasa sakit, para ilmuwan yang didanai NIH mempelajari 20 pasien buta yang menderita migrain.
Enam dari relawan tidak dapat mendeteksi cahaya apa pun, baik karena mata mereka diambil karena penyakit atau karena kerusakan saraf optik yang menghubungkan mata ke otak. 14 pasien lainnya dapat mendeteksi cahaya tetapi tidak dapat melihat gambar.
Saat 14 pasien terpapar cahaya, nyeri migrain mereka semakin parah. Sebaliknya, cahaya tidak berpengaruh pada 6 relawan yang buta total. Para ilmuwan menyimpulkan bahwa saraf optik pasti memainkan peran kunci dalam migrain akibat cahaya.
Para peneliti kemudian mencari sel-sel di mata yang mungkin memicu rasa sakit tersebut. Mereka tahu bahwa sel pendeteksi cahaya dan penghasil gambar utama mata tidak bertanggung jawab, karena sel ini rusak pada 14 pasien buta. Sebaliknya, para peneliti berfokus pada sel penginderaan cahaya langka yang membantu mempertahankan siklus tidur-bangun dan membantu pupil mata membesar atau menyusut sebagai respons terhadap cahaya.
Penelitian pada hewan menunjukkan bahwa sel langka ini membawa sinyal cahaya melalui saraf optik dan ke sel otak yang mengirimkan rasa sakit. Penelitian menunjukkan bahwa sel mata yang tidak membentuk gambar dapat membantu memicu migrain.
“Secara klinis, penelitian ini menetapkan tahapan untuk mengidentifikasi cara memblokir jalur sehingga pasien migrain dapat bertahan ringan tanpa rasa sakit,” kata ketua peneliti Dr. Rami Burstein dari Harvard Medical School.